Sisa Bangunan Kuno Misterius Ditemukan di Medan

Bookmark and Share


Hingga saat ini, situs perkotaan (urban site) pra masuknya kebudayaan Islam di Kota Medan adalah Situs Kota Cina. Situs Kota Cina terletak di dataran rendah yang merupakan bagian lembah Deli di wilayah pantai Timur Sumatera. Terletak di posisi 30 43’ Lintang Utara dan 980 38’ Bujur Timur yang dapat dicapai dari Kota Medan setelah menyusuri tepi Sungai Deli sejauh 14 km ke arah Utara/Belawan, dan kemudian menyeberangi sungai Deli sejauh 2 km ke arah Barat. Terletak pada 1,5 meter dari permukaan laut (dpl) dan merupakan lahan rawa yang banyak dipengaruhi pasang surut air laut.

Diyakini, kawasan ini memiliki kesibukan yang luar biasa sebagai Bandar pelabuhan besar berskala Internasional yang dikelola dibawah satu kekuatan administratif pada masa abad ke-7 M hingga 14 M.

Catatan resmi tentang keberadaan situs Kota Cina telah ada sejak tahun 1826, berkenaan dengan laporan Anderson yang pada tahun 1823 diperintahkan Gubernur Penang W. E. Philips melakukan perjalanan ke Sumatera Timur untuk survei politik ekonomi bagi kepentingan Inggris. Dalam laporannya diperoleh bahwa di kawasan ini terdapat batu besar bertulis yang tidak dapat dibaca oleh penduduk setempat. Dalam Oudheikundig Verslag (OV) tahun 1914 keberadaan situs bersejarah ini kemudian disebut dengan Kota Cina.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap situs Kota Cina tersebut setidaknya ditemukan lokasi yang mengandung tinggalan arkeologi, diantaranya ditemukan berbagai sisa bangunan keagamaan yang berisi arca Budhis, dan arca yang bersifat Hindu, sisa pertukangan logam, sisa tempat tinggal di sekitar sampah kerang dan berbagai artefak lain berupa manik-manik, pecahan gelas, mata uang logam, sisa papan perahu, tembikar dan keramik (baik yang masih utuh maupun pecahan). Berdasarkan banyaknya temuan arkeologis tersebut membuktikan bahwa pada masa lalu Kota Cina berperan sebagai ”Pelabuhan” jalur perdangangan atau sisa aktifitas kemaritiman pada masa lau di pesisir timur Sumatera.

Tim arkeolog dari Prancis dan Inggris yang melakukan penelitian di Situs Kota Cina Medan Marelan berhasil mendapatkan temuan baru. Salah satu yang ditemukan berupa sisa struktur bangunan kuno di sekitar area perladangan penduduk.

"Struktur bangunan kuno yang terbuat dari bahan bata tersebut diperkirakan peninggalan abad ke-13. Sisa-sisa bangunan kuno itu ditemukan oleh arkeolog Dr McKinnon hari ini, setelah mereka melakukan penelitian selama tiga hari," kata Kepala Pusat studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr Phill Ichwan Azhari di Medan, Kamis (24/2).

Struktur bangunan yang diperkirakan merupakan sisa-sisa bangunan suci tersebut memiliki luas 2x3 meter. Tim arkeolog juga menemukan pecahan arca di kebun sayur milik warga setempat. Menurut Ichwan, temuan itu juga melengkapi temuan empat arca dalam penelitian beberapa tahun sebelumnya.

Ia menjelaskan temuan sisa bangunan kuno ini sangat menarik karena melengkapi dua lokasi struktur bangunan kuno lain yang sebelumnya ditemukan pada tahun 1980-an. Demikian juga dengan temuan arca itu juga melengkapi temuan empat arca pada penelitian sebelumnya di mana dua diantaranya dalam keadaan terpotong.

"Temuan dua arca yang keadaannya tidak utuh atau dalam keadaan terpotong itu, mengindikasikan dulunya Kota Cina itu diserang untuk dihancurkan. Dengan adanya temuan-temuan itu, seharusnya Pemkot Medan segera membentuk tim penetapan cagar budaya kawasan itu," katanya.

Tim yang dipimpin arkeolog terkemuka Dr Daniel Perred dari Prancis dan Dr E. MCkinnon dari Inggris, berada di situs Kota Cina Medan Marelan untuk melakukan penelitian arkeologis guna mengungkap keberadaan situs yang hinggi kini masih menjadi misteri di kalangan sejarawan dunia.

Penelitian tersebut berlangsung dari 21 sampai 25 Februari 2011 untuk pemetaan dan identifikasi situs. Selanjutnya April 2011 mendatang akan dilakuan eskavasi oleh tim arkeolog secara lebih intensif.

"Penelitian kali ini dilakukan oleh lembaga Efeo Prancis yang juga pernah melakukan penelitian di Barus. Penelitian ini bekerja sama dengan Balai Arkeologi (Balar) Medan dengan melibatkan tenaga lapangan dari Pussis," ungkap Ichwan.